Ketika engkau membuka pintu, betapa rasa rindu membuncah di dada ini. Segera aku raih, lalu aku kecup punggung tanganmu. Oh, sekarang terlihat kerut halus ditanganmu, betapa banyak cinta terwujud melalui tanganmu. Lalu aku cium kedua pipimu, enggan aku lepaskan lagi, seakan berabad sudah aku tak berjumpa denganmu.
Saat aku lihat rambutmu, sudah tidak semua hitam lagi. Rambut putihmu semakin hari semakin bertambah, dulu aku ingat, tak rela aku melihat rambut putihmu. Satu saja kulihat, langsung kuambil pinset dan kucabuti rambut putih itu. Dulu.. beberapa tahun lalu. Sekarang, sudah tak mungkin lagi aku cabuti rambut putihmu, karena rambut itu hampir menggantikan suluruh rambut hitam mu.
Nasihat-nasihat dan doamu tidak berubah, seakan aku ini bayi kecilmu. Dan memang dihadapanmu aku merasa masih seorang bocah kecil. Sentuhan tanganmu saat aku merasa tidak enak badan, benar-benar ajaib, bisa langsung menghilangkan rasa sakitku. Maafkan aku, Mah, yang selalu merepotkanmu. Tak bisa aku balas segala apa yang telah engkau lakukan, untukku.
Betapa besar pengorbananmu untukku, Mah. Untuk anak-anak mu.
Semoga Allah memberikan surga untuk mu.
(tulusku untuk Mamah ku)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
huaaaaaaaaaaaaaa...sedih bacanya..
Post a Comment