Friday, May 13, 2005

Game Seruuu...

http://kids.discovery.com/games/whizzball/whizzball.html

Beneran deh Game nya bikin penasaran, keren lagi.. ^_^

10 Kebiasaan yang dapat Merusak Otak

edited by dr. Martin Leman, DTM&H

1. Tidak Sarapan Pagi
Mereka yang tidak mengkonsumsi sarapan pagi memiliki kadar gula darah yang rendah, yang akibatnya suplai nutrisi ke otak menjadi kurang.

2. Makan Terlalu Banyak
Terlalu banyak makan, apalagi yang kadar lemaknya tinggi, dapat berakibat mengerasnya pembuluh darah otak karena penimbunan lemak pada dinding dalam pembuluh darah. Akibatnya kemampuan kerja otak akan menurun.

3. Merokok
Zat dalam rokok yang terhisap akan mengakibatkan penyusutan otak secara cepat, serta dapat mengakibatkan penyakit Alzheimer.

4. Mengkonsumsi gula terlalu banyak
Konsumsi gula yang terlalu banyak akan menyebabkan terganggunya penyerapan protein dan nutrisi, sehingga terjadi ketidakseimbangan gizi yang akan mengganggu perkembangan otak

5. Polusi Udara
Otak adalah konsumen oksigen terbesar dalam tubuh manusia. Menghirup udara yang berpolusi menurunkan suplai oksigen ke otak sehingga dapat menurunkan efisiensi otak.

6. Kurang Tidur
Otak memerlukan tidur sebagai saat beristirahat dan memulihkan kemampuannya. Kekurangan tidur dalam jangka waktu lama akan mempercepat kerusakan sel-sel otak.

7. Menutup kepala saat tidur
Kebiasaan tidur dengan menutup kepala meningkatkan konsentrasi zat karbondioksida dan menurunkan konsentrasi oksigen yang dapat menimbulkan efek kerusakan pada otak.

8. Menggunakan pikiran saat sakit
Bekerja terlalu keras atau memaksakan untuk menggunakan pikiran kita saat sedang sakit dapat menyebabkan berkurangnya efektifitas otak serta dapat merusak otak.

9. Kurang menstimulasi pikiran
Berpikir adalah cara yang paling tepat untuk melatih otak kita.Kurangnya stimulasi pada otak dapat menyebabkan mengkerutnya otak kita.

10. Jarang berkomunikasi
Komunikasi diperlukan sebagai salah satu sarana memacu kemampuan kerja otak. Berkomunikasi secara intelektual dapat memicu efisiensi otak. Jarangnya berkomunikasi akan menyebabkan kemampuan intelektual otak jadi kurang terlatih.

Tuesday, May 10, 2005

Hotel "Kemiskinan" Tugu

Kemaren pagi, manager bagian ICON, t4 ku magang minggu ini ngasih suatu cerita.

Cerita ini tentang Hotel Tugu di Bali. Hotel ini merupakan hotel yang unik dan aneh. Kenapa aneh, karena hotel ini amat sangat berbeda dengan hotel2 lain pada umumnya. Hotel ini merupakan hotel dimana orang bisa merasakan kemiskinan, kemiskinan yang sebenar2nya.

Merupakan suatu bangunan tua, dengan kamar2 yang seadanya, ranjang2 yang reyot, dan kalo kita pengen makan kita harus masak dan nyiapin sendiri, bukan dengan kompor yang pake minyak tapi pake kompor dari tanah liat.

Dan tau ngga siapa tamu2 hotel itu, Mc Jagger, mantan presiden Clinton, banyak selebritis2 dunia, en orang2 terkenal lainnya. Harga perkamar nya permalam katanya sekitar US$ 1,200. Kalo kita pengen nginep disitu, cuma ada yang kosong untuk 8 bulan mendatang, jadi kalo pesen skr 8 bulan lagi baru kita bisa merasakan "Hotel Kemiskinan" tersebut.

Manager ICON itu pernah nginep disana en makan nasi goreng nya yang seharga US$ 200, keistimewaan nasi goreng semahal itu adalah engga ada, hanya sebuah nasi goreng biasa yang ga ada apa2 nya.

Namun semua bahan2 disediakan n kehigienisannya dijamin pihak pengelola hotel.

Subhanallah, betapa mahalnya sebuah kemiskinan...

Monday, May 09, 2005

BUMN Dalam Jebakan Lama

BADAN Usaha Milik Negara tetap saja berada dalam posisi dilematis. Di satu sisi BUMN dituntut menjadi unit bisnis murni, tetapi di lain sisi badan ini tetap saja menjadi sasaran kepentingan dan kerakusan politik untuk dijadikan kasir yang taat.

Itulah sebabnya mengapa BUMN di negeri ini belum muncul menjadi kekuatan ekonomi yang dahsyat. Mereka kalah dari swasta, karena terus digerogoti oleh kepentingan-kepentingan yang tidak sehat. Semakin nyaring para pejabat berjanji untuk membersihkan BUMN dari kepentingan politik, semakin kuat kecurigaan publik bahwa BUMN sesungguhnya tetap saja diperlakukan dengan cara-cara lama.

Kepentingan-kepentingan politik di dalam pengelolaan BUMN amat terasa ketika pemerintah sebagai pemegang saham mulai mengutak atik kepemimpinan. Ada sejumlah BUMN yang direksinya seharusnya sudah diganti tetapi tidak dengan mudah bisa dilakukan. Tetapi ada juga BUMN yang direksinya belum habis masa jabatan, sudah mulai digoyang dengan berbagai cara.

Selain terjebak pada kacamata politik bisnis BUMN, para petinggi di negeri ini tidak memiliki apa yang disebut dengan kepekaan pasar. Pejabat negara, Kejaksaan Agung, Bank Indonesia, Kepolisian tidak peduli terhadap dampak apa pun di pasar yang akan timbul sebagai akibat dari tindakan mereka terhadap BUMN.

Di Indonesia, seorang Gubernur Bank Indonesia begitu gampang mengeluarkan pernyataan kepada publik yang bisa mengguncang pasar. Padahal di negara lain, sebagai contoh, seorang Alan Greenspan, Gubernur Bank Sentral AS, sangat pelit berkomentar. Karena bila seorang Greenspan batuk saja, pasar uang dan saham pasti bereaksi.

Kemarin, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, memperlihatkan kesadaran tentang sensitivitas pasar itu. Di saat kurs rupiah jatuh secara beruntun dalam sepekan, kehadiran Yudhoyono di Bursa Efek Jakarta mampu mengangkan kembali kepercayaan investor terhadap mata uang kita.

Tetapi dalam kasus Bank Mandiri, para petinggi negeri tidak memperlihatkan sensitivitas itu. Setiap hari pejabat kejaksaan, termasuk Jaksa Agung, mengumumkan secara terbuka kepada khalayak tentang para pejabat Mandiri yang diperiksa dalam kasus kredit macet di bank negara terbesar itu. Akibatnya, harga saham bank ini di bursa jatuh tidak terkendali.

Kredit macet, apalagi dalam jumlah di atas satu triliun rupiah, bagaimanapun juga harus dianggap sebagai masalah besar. Apalagi kalau kemacetan itu disebabkan oleh motivasi manipulasi dalam proses pengucurannya. Akan tetapi yang harus diperhatikan oleh para pejabat adalah bagaimana menangkap ikan tanpa mengeruhkan air. Inilah seni sekaligus asas yang harus diperhatikan dalam memperlakukan BUMN yang sudah go public.

Sensitivitas pasar adalah salah satu kata kunci yang hendaknya mendasari perilaku pejabat dan penguasa ketika bersentuhan dengan BUMN. Bila tidak, BUMN akan tetap kerdil karena digerogoti nafsu politik bisnis yang tidak sehat.

Asas profesionalisme dalam pengelolaan BUMN, memang, amat nyaring disuarakan para pejabat. Tetapi publik yang jeli dan kritis masih menyaksikan praktek lama, yaitu BUMN dijadikan sarang kepentingan dan deal politik. Kalau perilaku ini tetap saja dominan, lupakan saja impian bahwa di suatu saat nanti salah satu BUMN negeri ini akan menjadi perusahaan besar di kawasan Asia Tenggara, apalagi dunia.

Editorial www.mediaindo.co.id Kamis,28 April 2005