Thursday, December 01, 2005

Cepet Sembuh ya Uwa..

Wa Ucih nama beliau, tapi kami sering memanggilnya Wa Istri ato Uwa aja, istri artinya perempuan. Dan suaminya kami panggil Wa Engget ato uwa pameget (laki-laki). Cuma itu nama yang aku tau, aku sampe sekarang engga tau nama panjang beliau, hanya Wa Ucih, titik.

Wa Istri kakak sepupu bapakku, tapi karena sejak kecil ayahku diasuh sama ibunya uwa, jadi uwa sudah seperti kakaknya sendiri. Usia Uwa mungkin hampir sama dengan ibu Moeryati Soedibyo, meski bu Moer terlihat lebih muda, ga tau deh,pokonya kalo melihat bu Moer langsung teringat wa Istri, mungkin karena perawakan mereka mirip. Dan aku merasa wa Istri udah seperti nenekku sendiri.

Sejak kecil aku dekat dengan wa Istri, mungkin karena aku dianggap cucu cewek pertamanya. Dan aku menganggapnya nenekku sendiri. Nenek dari bapakku sudah meninggal sejak aku belum lahir, sedangkan nenek dari ibuku meninggal pas aku kelas 2 sd. jadi adanya Uwa bener2 merupakan pengganti nenek2ku.

Aku ingat, dulu sekali, pas aku masih kecil, uwa sering bercerita. Tentang bulan yang bisa bicara, tentang sang kancil, tentang kabayan, dll. Dan selalu setiap aku ke rumah Uwa,yang hanya sekitar 200 m dr rumahku, aku selalu meminta Uwa bercerita. "Wa cerita lagi tentang bulan" atau "Wa cerita ttg kancil yang lompatin buaya". Aku suka cerita, dan aku tidak pernah bosan mendengar cerita Uwa.

Sampai sudah besar, tetep aku sering meminta Uwa bercerita. Bukan lagi cerita tentang bulan, ato kancil, tapi cerita tentang masa kecil Uwa perjuangannya ketika dijajah Jepang dulu, nakalnya bapakku pas masih kecil, cerita kakek dan nenekku. Dan Uwa sering menyisipkan nasihat2 dalam ceritanya.

Rumah Uwa masih model jaman dulu, dengan halaman depan dan belakang yang luas, membuatku merasa betah maen disana. Lari2an, masak2an, maen boneka, petik mangga, petik pepaya, kedondong, asik banget deh pokoknya. Di dalem rumahnya juga selalu wangi bunga mawar, karena di meja selalu ada bunga mawar yang dipetik dari pohon depan rumah.

Tempat Uwa juga merupakan tempat peristirahatan yang asik, meski deket jalan raya dan mesjid kelurahan, suasananya tenang banget. Juga tempat pelarian kalau aku lagi dimarahin bapakku, dan pasti Uwa kasih nasihat dengan lemah lembut. Juga tempat tujuan kalau aku lagi pengen jajan dan ngga punya uang, minta sama Uwa pasti dikasih, meski seratus 2 ratus perak, dan kalau ketahuan bapak ibuku pasti kena marah. Dan tempat isolasi kalo salah satu dari kita ada yang sakit menular, sodara yang lain pasti ngungsi ke rumah Uwa.

Sekarang aku jarang ketemu Uwa, tapi setiap aku pulang, aku selalu menyempatkan diri maen ke rumahnya. Untuk sekedar mencium punggung tangannya, bermain2 dengan cucu2 nya, rebahan dgn kepalaku diatas pahanya ketika dia duduk di kursi,seperti sering kulakukan dulu, dan lalu dia mengelus2 kepala dan rambutku. Kadang dia bertanya " Mana pacarmu ?" aku hanya bisa tersenyum dan berkata, " doain ya wa aku dapet suami yang soleh ".

Aku sayang banget sama uwa.

Dan 2 hari yang lalu aku menerima telepon dari bapakku, kalau sakitnya Uwa sudah payah, livernya kambuh lagi, dan kondisinya lemes banget. Sudah ke dokter namun tidak ada perubahan. Dan beberapa keluarga sudah pada ngaji Yasin disana setiap habis Isya.

Mendengarnya, aku langsung lemes, aku mempercepat langkahku ke kos, lalu mengambil air widlu untuk shalat Isya dan mengaji. Tapi baru beberapa ayat, mata mulai berembun, dan tak terasa, air mata sudah meleleh di pipi. Aku ingat kenangan2 bersama Uwa.

Aku ingin ketemu Uwa, aku mau pulang besok.

Ya, Allah...
Sembuhkan Wa Istri ku
Panjangkan lah usianya
Maafkan segala kesalahannya
Lindungi dan Sayangi dia
Aku ingin ada Uwa disaat pernikahanku

2 comments:

Anonymous said...

Semoga Uwa nya lekas sembuh yach ...... dan sakit nya bs menjadi penggur Dosa, Amiin ....

long time no see said...

Em,bikin sedih aja bagian akhirnya... Ini ya yang bikin dikau pulang minggu lalu? Semoga cepet sembuh ya Uwa na. Hayuh atuh geura nikah... (btw, dasarnya masih buta blog, mau komen malah send mail ^_^ v)